Sabtu, 24 Oktober 2009

ANTIKRISTUS, KUASA JAHAT

1. Julukan “Antikristus”

Dalam Alkitab (PB), label “antikristus” (Yunani: antikhristos) muncul hanya di dalam surat 1 dan 2 Yohanes (1 Yoh .2:18,22; 4:3; 2 Yoh 7). Di dalam surat ini julukan antikristus dikenakan kepada orang-orang yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus, orang-orang yang menyangkal baik Bapa maupun Anak (1 Yoh 2:22),orang- orang yang tidak mengaku bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia (“di dalam daging”) (1 Yoh 4:2-3; 2 Yoh 7). Dikatakan bahwa antikristus itu banyak: “Sekarang telah bangkit banyak antikristus” (1 Yoh 2:18). Berdatangannya antikristus menandakan waktu yang terakhir telah tiba (1 Yoh 2:18). Juga ditulis bahwa antikristus-antikristus itu “memang berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita,niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita.” (1 Yoh 2:19).

Jelas, di dalam konteks komunitas Kristen yang menerima surat-surat Yohanes, label antikristus muncul dalam rangka perdebatan dan konflik doktrinal internal. Sebagian orang dalam komunitas itu mengakui kemanusiaan (“kedagingan”) Yesus; sebagian lagi tidak. Kalangan yang tidak mengakui kemanusiaan Yesus memandang Yesus Kristus bukan sebagai manusia sungguh-sungguh. Penjelmaan (“menjadi daging/sarks”) disangkal. Bagi mereka, Yesus itu hanya tampaknya saja manusia, tetapi sebenarnya bukan. Aliran ini dinamakan doketisme (dokein = tampaknya atau kelihatannya). Aliran ini mempertentangkan roh dan materi. Tubuh atau “daging” disangkal dan dicampakkan (sarkofobi = fobi terhadap daging); sedangkan roh disanjung. Oleh kalangan yang menerima kedagingan/kemanusiaan Yesus Kristus, kalangan penganut doketisme dijuluki antikristus, yang di dalamnya roh penyesat bekerja (1 Yoh 4:6).

Dalam Injil Yohanes, muncul julukan “Penguasa dunia” (ho arkhōn tou kosmou toutou) (12:31; 14:30; 16:11) sebagai sosok yang melawan Kristus, yaitu Setan atau Iblis.

2. Kuasa-kuasa jahat (Evil/Satanic Forces)

Meskipun tidak memakai sebutan antikristus, gagasan tentang munculnya lawan- lawan Kristus/Allah ditemukan di bagian-bagian lain Kitab Suci. Lawan Allah/Kristus itu berupa kekuatan jahat (evil) yang melawan Allah dan umat-Nya pada zaman akhir. Gagasan teologisnya begini: sebelum Allah/Kristus mencapai kemenangan akhir dalam mendatangkan pemerintahan atau kerajaan-Nya sepenuhnya, semua kekuatan jahat harus dilepaskan untuk melakukan hal-hal yang paling jahat. Dalam pemikiran Yahudi-Kristen (dalam Alkitab maupun di luar Alkitab) tentang akhir zaman (eskatologi apokaliptik), dalam jagat raya ada dua kekuatan yang bertentangan satu sama lain yang terlibat dalam pertempuran, kuasa kebaikan (good) melawan kuasa-kuasa jahat (evil/satanic forces). Pandangan ini disebut dualisme kosmis. Kuasa jahat ini kuasa adikodrati (supranatural) yang dalam sejarah manusia dipercaya menampakkan diri dalam tokoh-tokoh insani tertentu atau kuasa- kuasa duniawi yang mendatangkan kesengsaraan pada umat Allah pada zaman akhir, yakni zaman di mana Allah akan mendatangkan pemerintahan atau kerajaan-


Nya sepenuhnya. Dalam Perjanjian Baru, penampakan kuasa jahat mendahului kedatangan kembali Tuhan Yesus Kristus.

Ada sekian gambaran Perjanjian Baru tentang kuasa-kuasa jahat ini (kuasa-kuasa antikristus). Berikut ini.

2 Tesalonika 2:1-12

Penulis surat 2 Tes menyatakan bahwa sebelum kedatangan Yesus Kristus (“Hari Tuhan”) akan dinyatakan terlebih dahulu “si manusia durhaka” (Yunani: ho anthrōpos tēs anomias/ho anthrōpos tēs hamartias); “dia yang ditentukan harus binasa” (Yunani: ho huios tēs apōleias atau “anak kebinasaan”) (2 Tes 2:3). Sosok “manusia durhaka” ini digambarkan sebagai lawan yang meninggikan diri di atas Allah, duduk di Bait Allah, dan mau menyatakan diri sebagai Allah. Sosok ini masih belum menyatakan diri karena masih ada yang menahannya. Kelak, ketika waktu yang ditentukan untuknya telah tiba, barulah ia menyatakan diri. Kedatangan sosok manusia durhaka ini adalah pekerjaan Setan yang melakukan pelbagai perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu. Pada waktu si manusia durhaka ini menyatakan dirinya, Yesus ketika Ia datang kembali akan membunuhnya dengan nafas mulut-Nya.

Markus 13

Menjelang kedatangan zaman baru yang diawali penderitaan dan siksaan hebat serta bencana kosmis, mesias-mesias/kristus-kristus palsu (pseudokhristoi) dan nabi-nabi palsu bermunculan dan mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat. Pada waktu itu juga akan tampil Antikristus, “pembinasa keji” atau “kekejian yang membinasakan” (13:14; to bdelugma tēs erēmōseōs atau the abomination of desolation/the desolating sacrile-ge) berdiri (estēkota) di tempat yang tidak sepatutnya, yakni di Bait Allah (dalam Matius 24:15 ditulis “berdiri di tempat kudus”). Lukas 21:20 menafsirkan sosok Pembinasa keji itu sebagai pasukan Romawi yang mengepung Yerusalem, memasuki dan menghancurkan Bait Allah (pada tahun 70 M.). Dalam Daniel 9:27; 11:31;12:11 sosok “pembinasa keji” mengacu pada raja Syria, Antiokhus IV Epiphanes yang pada tahun 167 s.M. menajiskan Bait Allah dengan memasang patung Zeus Olympus di dalamnya.

Kitab Wahyu

Dalam Wahyu pasal 12 dimuat penglihatan di langit tentang seorang perempuan, anaknya, dan seekor naga besar (megas drakōn). Naga besar ini memburu perempuan yang sedang hamil itu dan ingin menelan puteranya segera setelah dilahirkannya. Naga besar ini diidentifikasi sebagai “si ular tua”, yang disebut “Iblis” atau “Satan” (ho Diabolos, ho Satanas). Naga ini memiliki kekuasaan yang besar (12:4). Perempuan menggambarkan umat Allah, pertama-tama umat Israel yang darinya Yesus sebagai sang Messias dilahirkan (12:5), kemudian gereja Kristen yang dianiaya oleh naga besar itu (12:13). Setelah terjadi peperangan di sorga, Naga besar itu bersama dengan malaikat-malaikatnya (lihat Ef 6:12) dilemparkan ke bumi. Di bumi Naga besar itu terus memburu perempuan itu (gereja Kristen), tetapi Allah melindungi dan memeliharanya. (12:6, 13-18).

Penglihatan dalam pasal 13 menampilkan dua ekor binatang (thērion) yang masing- masing “keluar dari dalam laut” dan “dari dalam bumi” (bdk. Daniel 7:1-28 tentang penglihatan mengenai empat binatang besar yang menggambarkan empat kerajaan: Babilonia, Media, Persia dan Yunani). Binatang yang keluar dari dalam laut yang


“bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh” menggambarkan kekaisaran Romawi; sedangkan “binatang lain yang keluar dari dalam bumi”, bersama-sama dengan “nabi palsu” (16:13; 19:20), menggambarkan kekuatan besar yang memaksakan penyembahan (kultus) terhadap Kaisar Roma, Caesar Cult (13:12,14,15). Binatang ini mengadakan “tanda-tanda dahsyat” (13:13-14a). Satan, “binatang yang muncul dari dalam laut”, dan “binatang yang keluar dari bumi” (bersama nabi palsu) membentuk “trinitas yang tidak suci” (the unholy trinity).

Binatang yang keluar dari dalam laut itu, Kekaisaran Romawi, mendapatkan kekuatan, takhta dan kekuasaan dari si Naga besar (13:2b). Binatang ini diperkenankan untuk berperang melawan dan untuk mengalahkan “orang-orang kudus” (13:7) (bdk. Daniel 7:21, 25), kendatipun demikian kedaulatan tetap berada di tangan Allah (perhatikan kata-kata kerja pasif dengan Allah sebagai pelakunya pada 13: 7, 10, 14, 15.). Barangsiapa yang tidak mau menyembah binatang ini dibunuh, dan tidak diberikan hak-hak untuk berperan serta dalam dunia perdagangan (kegiatan “membeli dan menjual”). Hanya orang-orang yang pada tangan kanannya atau pada dahinya terdapat nama binatang itu atau bilangan namanya (666) dapat ambil-bagian dalam dunia perdagangan. Gereja Kristen yang menolak menyembah binatang ini (= menolak penyembahan Kaisar Roma) terkena boikot ekonomi. Bilangan 666 adalah bilangan seorang manusia (13:18), yakni Kaisar Nero (abad 1). (Nama Neron Caesar dalam bahasa Ibrani memiliki nilai angka
666. Ada naskah-naskah kuno lain yang memuat angka 616; jumlah ini berlaku untuk nama Nero caesar [dengan huruf “n” tidak dimasukkan]). Sedangkan, pada dahi orang-orang yang percaya kepada Allah dan Anak Domba tertulis nama Anak Domba dan nama Bapa-Nya (14:1). Jumlah orang percaya dari antara suku-suku bangsa Israel itu 144.000 (= 12x12 x1000 ― suatu ungkapan simbolik yang menyatakan kelengkapan sepenuhnya); dilukiskan juga sejumlah “kumpulan besar orang yang tidak dapat terhitung banyaknya” dari antara “segala bangsa, dan suku, dan kaum dan dan bahasa” di bumi berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba (7:4-9).

Pada 16:13-14 dikatakan bahwa dari mulut “Naga besar” (Setan), dari mulut “binatang yang keluar dari dalam laut” (Kekaisaran Romawi) dan dari mulut “binatang yang kedua” (bersama pendamping utamanya, “nabi palsu” [pelayan Kultus Kaisar]) keluar tiga roh najis (bdk. 1 Tim 4:1; 1 Yoh 4:3), yakni roh-roh setan (pneumata daimoniōn) yang mengadakan perbuatan-perbuatan ajaib. Roh-roh ini pergi mendapatkan raja-raja di seluruh dunia untuk mengumpulkan mereka dalam rangka peperangan pada hari besar, yakni hari Allah Yang Mahakuasa. “Mereka” (yaitu roh-roh setan. Terjemahan Baru LAI keliru memakai kata ganti orang ketiga tunggal, “ia” – lihat 16:16) mengumpulkan raja-raja itu di suatu tempat yang dalam bahasa Ibrani disebut Harmagedon/Armageddon (= Bukit [har] Megiddo). Karena Megiddo adalah kawasan di mana telah berlangsung peperangan yang menentukan dalam sejarah Israel (bdk. Hak 5:19-20; 2 Raj 9:27; 2 Taw 35:20-24), maka nama Harmagedon dalam Kitab Wahyu menjadi simbol bagi kekalahan akhir kuasa-kuasa jahat. Perang Besar ini adalah perang sang Kristus (“Penunggang Kuda Putih”; “Yang Setia dan Yang Benar”) bersama “lasykar sorgawi-Nya” melawan “binatang itu dan raja-raja di bumi serta tentara-tentara mereka” dan berakhir dengan kemenangan Kristus dan pelemparan hidup-hidup binatang itu dan nabi palsu itu “ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang” (sebagai simbol penghukuman Allah) (19:11-
21). Naga besar itu, si Iblis/Setan, ditangkap oleh seorang malaikat; dan ia diikat untuk selama seribu tahun (millennium) dan dilemparkan ke dalam “jurang maut” (=abyss/sheol). Inilah kemenangan Kristus. Jurang maut itu ditutup dan dimeteraikan, supaya Iblis itu tidak lagi menyesatkan bangsa-bangsa (20:1-3). Selama millennium (angka ini simbol untuk kelengkapan dan kesempurnaan


menyeluruh; jangka waktu yang panjang antara diikatnya Setan dan akhir dunia) orang-orang yang percaya kepada Kristus, yang telah meninggal karena kesaksian mereka, hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama dengan Kristus tanpa diganggu oleh tipu daya Iblis (20:4).

Setelah masa seribu tahun itu berakhir, si Iblis dilepaskan dari penjaranya untuk menyesatkan bangsa-bangsa pada keempat penjuru bumi, Gog dan Magog (menyimbolkan semua bangsa kafir ― bdk. Yeh 38-39), dan mengumpulkan mereka untuk berperang (20:8). Mereka, dalam jumlah seperti pasir di luat, mengepung perkemahan tentara orang-orang kudus dan Kota yang dikasihi (yakni Yerusalem, simbol Gereja semesta/universal). Tetapi dari langit turunlah api menghanguskan mereka. Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yakni tempat kedua binatang itu. Mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya (20:9-10). Lalu tibalah pengadilan terakhir (20:11-15) dan kedatangan langit baru dan bumi baru dan Yerusalem Baru (pasal 21). Semua ini akan terjadi segera, seperti datangnya “pencuri pada malam hari” (16:15) sebab “waktunya sudah dekat” (1:3; 3:11; 6:11; 12:12; 22:7, 10, 12, 20).

3. Refleksi Kritis

3.1. Antikristus di Kalangan Sendiri

Penulis surat 1 &2 Yohanes memberi label antikristus kepada sesama anggota komunitasnya yang pemahamannya tentang Yesus berbeda. Kalangan yang menolak kemanusiaan Yesus dijuluki antikristus, roh penyesat. Pertarungan sengit memperebutkan supremasi doktrinal telah membuat penulis 1 &2 Yohanes menerapkan julukan antikristus kepada lawan-lawan internalnya.

Sampai pada masa kini, di dalam kekristenan tetap masih dijumpai kalangan yang meremehkan dan melupakan kemanusiaan Yesus, tetapi menyanjung keilahian-Nya. Kristologi doketis (= bahwa Yesus Kristus itu bukanlah manusia; hanya tampaknya saja Ia manusia, tetapi sebenarnya Dia adalah Allah) masih kuat dipegang aliran tertentu dalam kekristenan masa kini. Apakah perbedaan kristologi mengharuskan label antikristus dipakai?

Dalam iklim kehidupan ekumenis gereja-gereja masa kini, di dalam mana dialog dan sikap saling menerima dan menghargai dikembangkan, perbedaan-perbedaan dalam doktrin dan praktek-praktek bergereja tidak perlu membuat pihak yang satu dengan sengit meng-antikristus-kan pihak lainnya. Perbedaan-perbedaan perlu dikenali, bukan disembunyikan, sambil terus-menerus berdialog untuk mencari titik-titik temu yang bisa menjadi landasan kerjasama di dalam gereja dan di dalam masyarakat. Sikap dewasa semacam ini perlu dimiliki gereja-gereja masa kini mengingat perbedaan-perbedaan yang lebih besar lagi akan ditemui ketika mereka memasuki kehidupan dalam masyarakat multireligius.

3.2 Mengenali Stanic Forces pada Masa Kini

Penulis Kitab Wahyu mengidentifikasi negara (kekaisaran) Romawi sebagai antikristus karena kekejaman yang dilakukannya terhadap gereja Kristen yang tidak mau ikut serta dalam penyembahan kaisar (kultus Kaisar). Di belakang tirani manusia dipercaya ada peran kuasa jahat adikodrati semesta, yakni Setan/Iblis. Melawan seorang tiran dipandang sebagai melawan Setan. Kuasa Kristus melawan kuasa Antikristus. Selama sejarah dunia masih berlangsung, selalu terjadi pertempuran antara yang baik dan yang jahat. Kristus yang sudah bangkit


mengalahkan maut, Kristus Pemenang, tidak meninggalkan gereja-Nya. Mereka yang memihak Kuasa kebaikan tidak boleh menyerah; melainkan harus tetap tabah dan beriman. Akan tiba saatnya kuasa jahat dikalahkan untuk selamanya. Inilah amanat Kitab Wahyu, amanat yang kekal.

Siapakah antikristus-antikristus pada zaman sekarang ini? Bagaimana satanic forces bekerja pada masa kini? Berikut ini beberapa butir pengamatan saja yang diformulasikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan.

Dapatkah lewat gerakan fundamentalisme keagamaan radikal di dalam setiap agama masa kini kuasa jahat sedang bekerja? Melalui penafsiran-penafsiran “miring” atas Kitab Suci dan tradisi-tradisi, gerakan ini menyelewengkan agama yang benar menjadi agama yang salah. Mengubah agama damai menjadi agama perang. Mengubah agama kasih menjadi agama kebencian. Mengubah teologi yang baik menjadi teologi yang buruk. Memakai terrorisme untuk menimbulkan rasa takut dan kengerian pada penduduk dunia di mana-mana .

Tetapi melabelkan gerakan yang memakai terrorisme sebagai metode dan senjata perjuangannya sebagai “gerakan antikristus” menimbulkan kesulitan juga. Sebab ada juga pihak yang melihat para terrorists sebagai orang-orang yang sedang berjuang untuk membebaskan negerinya (atau negeri lain) dari kekuasaan asing yang terlalu kuat. Osama bin Laden dipandang sebagai gembong teroris, evil man, oleh dunia Barat, tetapi oleh (sebagian) dunia Arab dan Islam dipandang sebagai pejuang yang berprihatin terhadap pergolakan di Timur Tengah. USA menyebut Iran (yang dituduh mensponsori terrorisme dan mengembangkan weapon of mass destruction) sebagai axis of evil; sebaliknya Iran melabelkan USA sebagai the Great Satan. Ini menimbulkan pertanyaan mana evil atau satan yang sebenarnya.

Apakah satanic/evil forces bekerja dalam sistim perekonomian global (kapitalisme) dewasa ini yang sudah terbukti makin memperkaya negara-negara maju (umumnya Kristen) dan makin mempermiskin negara-negara terbelakang/berkembang? Penafsiran dan penerapan Kitab Wahyu yang keliru telah menyebabkan aliran-aliran tertentu kekristenan masa kini mengaitkan aktivitas-aktivitas komersial tertentu (misalnya pemakaian kartu kredit) dalam sistim perekonomian Barat modern dengan angka 666. Ironisnya, yang menafsirkan demikian ini juga memiliki dan menggunakan kartu kredit. Menyatunya negara-negara Eropa (Barat) dalam Uni Eropa dilihat sebagai pengejawantahan dari binatang yang keluar dari dalam laut yang “bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh” dari Kitab Wahyu Yohanes.

Apakah melalui ideologi-ideologi chauvinistic (rasa kebangsaan yang berlebihan) yang mendorong orang melakukan genocide, serta militerisme, evil power juga sedang bekerja?

Adakah satanic forces bekerja di belakang kesulitan-kesulitan besar yang belum lama berselang (lima sampai sepuluh tahun terakhir ini) hingga kini harus ditanggung gereja-gereja di Indonesia? Bagaimana untuk masa depan?

4. Penutup

Mempercayai adanya satanic forces atau kuasa antikristus yang bekerja di belakang pelbagai bentuk kejahatan terhadap kemanusiaan bisa membuat orang melupakan manusia-manusia konkret pelaku-pelaku kejahatan itu sendiri, dan mengabaikan sistim-sistim dan struktur-struktur dalam masyarakat yang memungkikan kejahatan dilakukan. Bila demikian, kepercayaan pada adanya setan-setan telah memperbodoh


dan memenjarakan orang. Menengking setan (eksorsisme) pada diri seorang individual tidak akan membuat masyarakat lebih aman dan adil. Setan kejam yang bercokol dalam struktur-struktur dan sistim-sistim masyarakat dan dunia itulah yang sebenarnya harus ditengking. Kepercayaan pada adanya satanic forces yang bekerja di dalam dunia manusia akan bermanfaat jika kepercayaan ini makin mendorong orang-orang beriman untuk terfokus melakukan analisis-analisis sosial dalam memerangi pelbagai bentuk kejahatan di dalam struktur-struktur dan sistim-sistim masyarakat. Ora et labora.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by BLAK METAL AND MORE | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks